Monday, 4 June 2012

Mengenal Sarung

Kalau kita meninjau lagi apa itu mode dan bagaimana tren mode terbentuk, kita akan menemukan fakta bahwa mode mengacu pada tradisi dan inovasi. Tanpa tradisi, mode akan tersesat. Sementara tanpa inovasi pun, mode akan mati. Beberapa desainer terkemuka berpendapat, bahwa selama ini Timur belum berhasil menawarkan tradisinya menjadi global karena kuatnya nilai-nilai yang dianutnya. Dengan sedikit “modifikasi” yaitu mengangkat tradisi Timur namun mengadopsi sifat fleksibel tradisi Barat, seharusnya Timur bisa menawarkan sebuah tren global. Apabila tugas ini terlalu berat untuk dilakukan oleh sebuah negara, lalu mengapa tidak melakukannya bersama-sama? Jika negara-negara Asia bisa bersatu mendukung sebuah busana yang dimiliki bersama untuk menjadi tren global, tentunya misi ini akan berhasil! Lalu kita berpikir,
busana apa yang dimiliki oleh mayoritas negara di Asia yang dapat diusung bersama? Pencarian pun berhenti pada sarung. Sarung dikenal sebagai sepotong kain lebar yang pemakaiannya dililit pada pinggang untuk menutupi bagian bawah tubuh. Bagi masyarakat Indonesia, sarung adalah “benda” yang sangat akrab di keseharian. Bagaimana tidak, negeri ini memiliki berbagai jenis sarung dari setiap daerah. Begitu beragamnya sarung yang bisa dipilih untuk berbagai kebutuhan, sehingga Anda bisa menemukan sarung untuk tidur, salat, santai, hingga pergi ke pesta. Anda bisa menemukan sarung tenun Bugis berbahan dasar sutera yang memegang peranan penting di Sulawesi Selatan. Motif sarung ini kemudian menjadi begitu identik dengan sarung salat bagi umat Muslim. Ada juga kain Ulos yang berfungsi sebagai pengenalan jati diri bagi masyarakat Batak di Sumatera Utara. Songket yang merupakan kain tenun mewah, bisa ditemukan di masyarakat Melayu sebagai busana untuk perayaan atau pesta. Belum lagi Tapis, kain tenun benang kapas yang disulam dengan motif benang perak atau emas yang berfungsi sebagai simbol status seseorang di Lampung. Apabila Anda menyorot lebih luas lagi ke kawasan Asia, Anda akan menemukan sarung di banyak negara dengan berbagai sebutan yang berbeda. Mari melanglang ke Asia Tenggara. Di Malaysia, sarung atau yang disebut kain dikenakan di rumah atau di masjid untuk menunaikan ibadah. Kamboja mengenal sarung dengan nama sampot sebagai bagian dari baju nasional negara ini. Di Filipina, orang-orang menyebut “sarung” dengan nama malong atau patadyong dan memiliki kegunaan yang lebih luas, mulai dari rok, dress, selimut hingga seprai. Lalu coba menuju kawasan Asia Selatan, tepatnya India, di mana sarung dikenal dengan berbagai nama yang berbeda mulai dari phanek, mundu, lungi, kaili, sareem, hingga veshti. Masing-masing memiliki warna, kegunaan dan simbol status yang berbeda. Sarung Pakistan disebut lungi, di beberapa area dikenakan sebagai pakaian malam dan kasual, sementara di area lain dikenakan hanya untuk kasta yang lebih rendah. Sekian, Semoga bermanfaat gan..

No comments:

Post a Comment